Wednesday, October 31, 2012

Pasar Modern VS Pasar Traditional di Era Reformasi

Di era reformasi saat ini, masyarakat lebih suka berbelanja di supermarket atau minimarket meskipun harga lebih mahal dibanding dengan di pasar-pasar traditional, kenapa? Karena bersih, barang-barang tertata rapi di rak-rak yang sudah disesuaikan dengan kategori masing-masing barangnya, sehingga lebih memudahkan dalam pencarian, sebagian besar dari mereka menyediakan tempat arena bermain (play ground) dan makan/minum (food court), sehingga pengunjung ga usah takut sama kelaparan. Coba kalo belanja di pasar traditional, selain kumuh,  juga terkesan tidak rapi dan pelayanannya juga kurang memuaskan, tapi harga dipasar ini lebih murah walaupun hanya selisih Rp. 100 - Rp. 500,-.

So, gimana dengan pasar traditional sendiri? Saat ini, di kota-kota besar di pulau Jawa, kelangsungan hidup mereka terancam dengan makin banyak berdirinya minimarket-minimarket di setiap perumahan dan pelosok jalan, bahkan disatu area jalan bisa berdiri sampai 2 minimarket yang bersaing karena berbeda nama.

Dibeberapa daerah, ambil contoh di kabupaten Cirebon, dibeberapa daerah bahkan ada minimarket yang bersebelahan dengan pasar traditional, wuih kasihankan outlet-outlet di pasar tradisional, mereka akhirnya banyak yang tutup karena ga mampu bersaing, hanya yang mempunyai modal cukup besar saja yang mampu bertahan...

Gimana jadinya di kota-kota besar yang sangat padat penduduknya, di Jakarta sendiri, melalui keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 44 tahun 2004 pada pasal 8 jo pasal 10 huruf Perda DKI no. 2 tahun 2002, mini swalayan (minimarket) yang luas lantainya 100 m2 s.d. 200 m2 harus berjarak radius 500 m dari pasar lingkungan dan terletak di sisi jalan lingkungan/kolektor/arteri.

Disini jelas, gubernur DKI Jakarta sudah mengatur jarak tersebut, nah sekarang gimana dengan yang didaerah, untuk Semarang dan Jogja sudah mulai menertibkan hal ini, karena mereka ingin melindungi kelangsungan hidup pasar tradisional, karena di pasar tradisional inilah pembeli dan penjual bisa berinteraksi langsung sehingga suasana pasar yang biasanya dimulai dari jam 3 dini hari sudah ramai.

Disinilah, pemerintah dituntut untuk mampu mengambil sikap dalam menengahi dilema ini dengan mengatur tata letak pasar modern dengan pasar tradisional, dimana dengan bertumbuhnya pasar-pasar modern, minimarket dan supermarket mampu menyerap tenaga kerja secara optimal akan tetapi akan meruntuhkan perekonomian pasar tradisional.

So, mana yang lebih baik mengembangkan pasar modern atau mempertahankan pasar tradisional di era reformasi ini?